KOLABORASI PEMERINTAH-SWASTA-PERGURUAN TINGGI UNTUK HASILKAN RISET TERKAIT DENGAN PERMASALAHAN PERUBAHAN IKLIM

Depok, Jumat (6/11). Direktorat Inovasi dan Science Techno Universitas Indonesia (UI) telah menyelenggarakan webinar dengan tema Climate Change Challenge: Preparing fo Indonesia’s Green and Suistanable Future secara daring melalui zoom dan live youtube pada hari ini. Webinar dibuka dengan sambutan dari Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., yang dilanjutkan dengan penyampaian keynote speech oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani, Ph.D. Pembicara yang hadir pada webinar ini adalah Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI, Febrio Nathan Kacaribu, Ph.D. dan Ir. Laksmi Dewanti, MA. selaku Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai narasumber.

Setelah pemaparan materi oleh narasumber, acara diteruskan ke sesi diskusi bersama para panelis, lalu ditutup dengan sesi tanya jawab. Sesi ini diisi oleh para pembahas, yaitu Direktur Center for Sustainable Infrastructure Development UI, Mohammed Ali Berawi, Ph.D. dan Chairman of Research Center for Climate Change UI, Prof. Jatna Supriatna, Ph.D., yang menjawab berbagai pertanyaan maupun menanggapi gagasan yang masuk.

Baca Juga :  Tim Spektronics ITS Berjaya Jadi Jawara Chem-E-Car di Jerman

Dalam menanggapi pertanyaan dari para peserta maupun gagasan yang disampaikan oleh para narasumber maupun panelis, Prof. Jatna Supriatna menjelaskan tentang pentingnya kolaborasi antara pihak pemerintah dan swasta bersama perguruan tinggi, sebagai institusi yang memiliki kemampuan riset terkait dengan permasalahan perubahan iklim.

“Sebagaimana yang tadi sudah disampaikan Ibu Menteri (Menteri Keuangan, Sri Mulyani), Indonesia membutuhkan kurang lebih 250 milliar USD untuk investasi agar terlepas dari bencana iklim menurut laporan Biennial Update Report (BUR) di Tahun 2018. Dalam menghadapi hal ini, diperlukan kolaborasi antara pihak pemerintah dan swasta bersama universitas karena yang dibutuhkan bukan hanya investasi keuangan saja, tapi juga investasi riset,” ujar Prof. Jatna.

Baca Juga :  Grobak, Kreativitas Mahasiswa ITS dalam Tuntaskan Food Waste di Indonesia

Ia melanjutkan penjelasan mengenai signifikansi dari persetujuan pendanaan dari green climate fund  untuk proyek pengurangan emisi dari deforestasi dan degdarasi hutan berbentuk result based payment sebesar 300 Juta USD di tahun 2020. Dalam pendapat Prof. Jatna,  hal tersebut sangat signifikan sekali karena Indonesia sangat berhasil mengurangi deforestasi yang mengakibatkan para donor dari luar negeri tertarik untuk memberikan bantuan.

“Indonesia sangat berhasil mengatasi deforestasi. Pada tahun 2015, angka deforestasi kita sangat tinggi karena ada kebakaran hutan akibat dari el nino. Kemudian di tahun 2016 angka deforestasi tersebut menurun dengan signifikan, sehingga para pendonor tertarik karena melihat Indonesia sangat serius dalam mengatasi permasalahan ini, seperti Norwegia yang menjadi pendonor terbesar,” katanya.