close

Unsyiah Kukuhkan Dua Profesor Baru

Universitas Syiah Kuala kembali mengukuhkan dua profesor baru melalui Sidang Terbuka Senat yang dipimpin oleh Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng di Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Rabu (19/8/2020). Mereka yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Ir. Izarul Machdar, M. Eng. dan Prof. Dr. dr. Dessy Rakhmawati Emril, Sp.S(K). Keduanya berasal dari Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran.

Pengukuhan kali ini berlangsung berbeda dari biasanya. Unsyiah menerapkan protokol secara ketat, bahkan acara di gedung hanya diikuti 20 peserta. Selebihnya acara disiarkan secara virtual melalui kanal Youtube. Bahkan, para anggota senat mengikuti pengukuhan ini melalui aplikasi Zoom dari berbagai lokasi.

Rektor mengatakan pembatasan ini dilakukan untuk menghindari penyebaran virus Covid-19 yang semakin luas. Terlebih lagi virus ini telah terjangkit di lingkungan kampus tersebut.

Setelah pengukuhan ini, jumlah profesor di Unsyiah menjadi 79 orang yang tersebar di hampir seluruh fakultas. Fakultas Teknik tercatat memiliki profesor terbanyak 22 orang, lalu Fakultas Pertanian dengan 12 orang profesor. Gelar profesor merupakan pengakuan kepakaran dan profesionalisme. Gelar ini adalah level tertinggi dalam karier seorang dosen di perguruan tinggi. Oleh karena itu, Rektor mengucapkan selamat dan bangga atas keberhasilan dua profesor baru ini.

Baca Juga :  Kembangkan “Hb Meter” Tanpa Lukai Pasien, Peneliti IPB University Undang Kementerian Kesehatan Tinjau Inovasinya

“Kualitas inovasi para profesor mempermudah Unsyiah mewujudkan visinya menjadi kampus yang inovatif, mandiri, dan terkemuka. Kiprah mereka juga akan mendongkrak indeks inovasi global Indonesia di pentas dunia,” ujarnya.

Secara khusus, Rektor mengapresiasi kepakaran Prof. Dr. Ir. Izarul Machdar, M. Eng. yang konsisten meneliti dan berkontribusi menyelesaikan persoalan limbah di Indonesia, terutama limbah cair. Pertumbuhan penduduk dunia, termasuk Indonesia, secara tidak langsung memberi beban tambahan kepada bumi dan sumber daya alam. Salah satu dampak adalah meningkatnya limbah cair yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia. Walau regulasi aksi penanganan limbah cair relatif membaik dalam 30 tahun terakhir, tetapi sistem kontrol dan penegakan hukum penanganan limbah masih relatif lemah. Pembuangan limbah yang tidak terkontrol dikhawatirkan berdampak negatif terhadap lingkungan.

Rektor menilai kepakaran Prof. Izarul sangat dibutuhkan saat ini. Inovasi yang dikembangkan dalam bentuk bioreaktor diharapkan mampu menyelesaikan masalah limbah cair yang hingga hari ini belum tertangani secara baik.

“Inovasi bioreaktor bukanlah karya terakhir Prof. Izarul, kita meyakini berbagai inovasi lainnya akan lahir dari kepakarannya, sehingga limbah cair tidak lagi menjadi masalah besar bagi populasi makhluk hidup dan lingkungan.”

Baca Juga :  SB IPB University Teken Kerjasama dengan Certified Wealth Managers Association

Rektor juga memuji kepakaran Prof. Dessy yang berjuang menyelesaikan permasalahan rasa nyeri yang diderita manusia. Kepakaran yang dimilikinya sangat krusial untuk penatalaksanaan nyeri di Indonesia, bahkan dunia. Konsep baru tentang nyeri campuran yang dikembangkan Prof. Dessy serta group penelitian yang ia pimpin, telah membuahkan hasil dan dipublikasi di berbagai jurnal ilmiah internasional. Bahkan, konsep ini menjadi rujukan artikel lain di jurnal ilmiah bereputasi internasional.

Rektor berharap konsep dan inovasi yang dikembangkan Prof. Dessy dapat terformat dalam bentuk kebijakan pemerintah tentang layanan nyeri secara nasional.

“Konsep yang dikembangkannya mengubah alur tata laksana nyeri campuran dalam hal kajian dan diagnosis jenis nyeri, sehingga menjadi penentu untuk waktu dan jenis obat yang akan diberikan.”

Secara berurutan masing-masing profesor yang dikukuhkan menyampaikan orasi ilmiah. Diawali Prof. Izarul yang menyampaikan orasi ilmiah berjudul, “Status, Tantangan, dan Solusi Inovatif Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia”. Kemudian Prof. Dessy dengan judul orasi ilmiah, “Paradigma Baru Tata Laksana Nyeri di Indonesia.”