close

Kolaborasi KLHK dan Kemdiktisaintek untuk Masa Depan Hutan Indonesia

Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyelenggarakan program magang Jelajah Hutan Masa Depan (Jalan MaPan) sebagai bagian dari Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB). Program ini menawarkan dua kegiatan utama, yaitu pendampingan perhutanan sosial di 10 provinsi di Indonesia  dan pengembangan sistem informasi berbasis web di kantor pusat KLHK.

Pendampingan perhutanan sosial bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa melalui interaksi langsung dengan masyarakat pengelola perhutanan sosial. Mahasiswa terlibat dalam pengelolaan kelembagaan, kawasan, dan usaha. “Mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga praktik pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan,” ujar Desi Florita Syahril, Penyuluh Lingkungan Hidup  Ahli Madya, Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan KLHK.

Magang di kantor pusat KLHK berfokus pada pengembangan teknologi informasi, seperti perancangan website Kalpataru untuk mendukung pengelolaan data perhutanan sosial. Kegiatan ini memberikan pengalaman langsung dalam pengelolaan data dan kerja sama lintas tim.

Baca Juga :  Mahasiswa FTUI Rancang Automated Integrated Aquaponic (AIA) Greenhouse System untuk Atasi Keterbatasan Lahan Pertanian

Desi menjelaskan, kolaborasi dengan perguruan tinggi melalui MSIB didorong oleh kebutuhan mendesak pendamping perhutanan sosial. Dengan 9.900 unit  Surat Keputusan persetujuan pengelolaan perhutanan sosial yang diberikan kepada Kelompok Perhutanan Sosial yang mencakup luasan lebih dari 7,7  juta hektar, program ini membantu memenuhi kekurangan tenaga pendamping yang saat ini baru mencapai 50% dari kebutuhan.

Program MSIB ini mengedepankan pembelajaran multidisiplin dengan menggabungkan mahasiswa lintas jurusan dalam satu lokasi magang. Kolaborasi ini memungkinkan pertukaran ide inovatif dan memperkaya solusi dalam tata kelola hutan serta pemberdayaan masyarakat lokal.

Bagi masyarakat, kehadiran mahasiswa memberikan manfaat nyata, seperti membantu penguatan kelembagaan, pengelolaan kawasan, dan pengembangan usaha. KLHK juga diuntungkan dengan percepatan penyusunan rencana kelola perhutanan sosial dan model bisnis produk hutan, baik kayu, non-kayu, maupun jasa lingkungan.

KLHK berharap program ini dapat terus berlanjut sebagai model kolaborasi antara kementerian dan para akademisi. “Sinergi ini mendorong pengelolaan perhutanan sosial yang lebih baik, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan melestarikan hutan untuk masa depan,” ungkap Desi.

Baca Juga :  Delegasi UNSOED Raih Gold Medal Di Ajang ISIF 2022

Putri Delima Hutagaol, mahasiswa Kehutanan Universitas Bengkulu, merasa terdorong mengikuti program ini karena relevansinya dengan bidang studinya. Kesempatan untuk mengaplikasikan teori ke praktik nyata serta insentif konversi 20 sks menjadi daya tarik utama.

Putri mengungkapkan bahwa tantangan seperti kesenjangan antara teori dan praktik justru memotivasinya untuk lebih aktif belajar. “Program ini mengajarkan pentingnya keterampilan komunikasi, kerja tim, dan kepemimpinan, yang sangat berharga dalam mendampingi masyarakat,” ujarnya.

Salah satu pengalaman berkesan adalah penanaman bibit pulai di kawasan Kelompok Tani Hutan (KTH) Jaya Makmur, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan. Kegiatan ini tidak hanya mendukung pelestarian ekosistem, tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal untuk lebih sadar dan aktif menjaga hutan serta mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan.