close

plt. Dirjen Dikti Imbau Perguruan Tinggi Beri Kemudahan Pembelajaran Untuk Mahasiswa di Masa Pandemi Covid-19

Siaran Pers
Nomor : 027/Sipers/IV/2020

Jakarta – Mewabahnya Covid-19 menjadikan WHO menetapkannnya sebagai pandemi dunia. Tentunya dengan adanya wabah tersebut, sistem pembelajaran, terutama di pendidikan tinggi juga diminta untuk dilakukan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam hadir sebagai narasumber dalam acara yang diadakan oleh LLDikti Wilayah I Sumatera Utara bertajuk “#BersamaDirjenDikti” yang dilaksanakan secara daring, Kamis (2/4), dimana acara tersebut diikuti oleh para pimpinan PTS di sekitar wilayah Sumatera Utara.

Nizam menyampaikan apresiasi kepada perguruan tinggi yang telah bersama-sama membantu Pemerintah dan masyarakat untuk bisa mengerem laju pertumbuhan pendemik dengan melakukan pembelajaran dari rumah, bekerja dari rumah, dan melakukan physical distancing.

Saat ini tutur Nizam, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan beberapa program untuk hadapi Covid-19.

“Kami melakukan refocussing anggaran untuk dialihkan menjadi anggaran dalam hadapi Covid-19. Kemudian kita bekerjasama dengan ISMKI dan organisasi mahasiswa lainnya memobilisasi 15.000 relawan mahasiswa kesehatan juga sudah siap dalam melakukan KIE, dan layanan seperti call center, screening online, konsulitasi online, yang semuanya kini sudah bekerja sama dengan AIPKI untuk dibagi kedalam 6 wilayah dengan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan. Patut kita dorong terus rasa kebangsaan dalam hadapi pandemi ini dari para mahasiswa. Sampai saat ini kita juga sudah menyiapkan 29 laboratorium yang ada di Rumah Sakit Pendidikan dan Fakultas Kedokteran seluruh Indonesia utk pengujian covid-19, dan sudah di SK-kan oleh Kemenkes,” jelasnya.

Baca Juga :  Sinergitas Media dalam Membangun Ekosistem Reka Cipta

Selain itu dalam bentuk kegiatan seperti itu, Nizam lanjutkan, sesuai kebijakan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka, maka kegiatan-kegiatan relawan seperti itu dapat dikonversi menjadi SKS yang didapat oleh para mahasiswa.

“Contoh mahasiswa kesehatan tadi, mereka mendapat SKS yg dapat disetarakan dengan pengabdian masyarakat atau bagian dari co-as. Atau mahasiswa Teknik membuat ventilator atau disinfektan, hal tersebut dapat dikonversi dan di apresiasi menjadi SKS. Silakan perguruan tinggi menerapkan hal tersebut,” tutur Nizam.

Dalam kesempatan itu, Nizam menegaskan berdasarkan surat edaran yang ada, pada dasarnya dalam kondisi semacam ini diperlukan kebijakan yang fleksibel, disesuaikan dengan situasi di daerah. Diberikan ruang bagi pimpinan perguruan tinggi agar dapat mengambil langkah-langkah yang paling tepat dan paling baik yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing maupun kondisi perguruan tinggi masing-masing, mengingat kondisi tiap daerah dan perguruan tinggi pasti beragam.

“Bagi mahasiswa yang pada akhir semester ini terancam Drop Out (DO), diberikan kebijakan perpanjangan 1 semester. Tetapi bukan berarti serta merta semua mahasiswa diperpanjang 1 semester. Ini untuk melindungi yang akan DO, diberikan kesempatan perpanjangan 1 semester. Jadwal ujian silakan diatur sesuai perkembangan, bentuknya tidak harus konvensional, tetapi bisa dalam bentuk penugasan, esai, kajian pustaka, analisa data, proyek mandiri, dsb., yang penting didasarkan pada learning outcome/capaian pembelajaran yg diharapkan. Jadwal praktik bisa digeser, akhir semester bisa digeser, kalender akademik bisa disesuaikan, yang tidak boleh dikompromikan adalah kualitas pembelajarannya. Ditjen Dikti mengimbau agar PT memudahkan/tidak mempersulit pembelajaran selama darurat Covid-19. Untuk karya tulis akhir tidak harus berupa pengumpulan data primer di lapangan/laboratorium. Metode dan waktunya bisa beragam dan fleksibel sesuai bimbingan dari dosen pembimbing,” terangnya.

Baca Juga :  Rancang Kawasan Kampus Berkelanjutan, Tim ITS Juara di FUCAD Malaysia

Selain itu Nizam juga meminta agar perguruan tinggi melakukan upaya kreatif untuk membantu meringankan mahasiswa terutama dari kelompok ekonomi lemah, misalnya subsidi pulsa, logistik, dsb melalui mobilisasi alumni utk menolong adik-adiknya, atau gotong royong dimana yang mampu menolong yang tidak mampu. Dengan demikian ciri khas masyarakat Indonesia yakni semangat gotong-royong justru semakin kuat saat menghadapi pandemi ini. Setelah melewati pandemi ini, kata Nizam, banyak kegiatan mahasiswa yang bisa dilakukan untuk economic recovery, misal penguatan UMKM dan sektor informal.

Di akhir penjelasannya, Nizam memberikan pesan agar perguruan tinggi harus saling bergandengan untuk bersama melawan pandemi Covid-19. “Kita lewati pandemi ini bersama-sama, semoga kita selalu dilindungi dalam menghadapi pandemi ini, agar kita dapat terus memajukan pendidikan tinggi,” tutupnya. (YH/DZI/MYG/KAR/AND/APP)

Humas Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan