Ditjen Dikti Tingkatkan Kualitas SDM Pendidikan Tinggi melalui Pemetaan Kemahiran Berbahasa Inggris Bersama IIEF

Jakarta – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) menjalin kerja sama dengan Indonesian International Education Foundation (IIEF) untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pendidikan tinggi. Kerja sama ini bertujuan untuk memetakan kemahiran Berbahasa Inggris dosen di perguruan tinggi, utamanya di 10 daerah destinasi wisata baru.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Paristiyanti Nurwardani mengatakan kerja sama ini sesuai dengan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Nadiem untuk meningkatkan kualitas daya saing perguruan tinggi secara global serta sesuai arahan Presiden Jokowi untuk mendukung pemulihan ekonomi pasca pandemi melalui 10 destinasi wisata yang baru.

“Saat ini ada 270.000 dosen yang sudah mempunyai sertifikasi dan 165.000 yang belum tersertifikasi di bidang kompetensi dalam bahasa inggris. Sebetulnya transformasi pendidikan tinggi diminta oleh Mendikbud untuk mempercepat transformasi ekonomi dimana sesuai juga dengan arahan Presiden Jokowi dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi melalui pariwisata,” ujar Paris saat Seremoni Penandatanganan Nota Kesepahaman yang dilaksanakan secara virtual (09/11).

Dalam kerja sama ini, Ditjen Dikti bersama IIEF akan melakukan pemetaan kompetensi berbahasa Inggris untuk dosen di 10 destinasi wisata yang baru, yaitu sekitar Tanjung Lesung, Bromo, Labuan Bajo, Tanjung Layang, Kepulauan Seribu DKI Jakarta, Wakatobi, Pulau Morotai, Borobudur, dan lainnya. Pemetaan ini juga bertujuan untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan berdaya saing global namun tetap berkarakter Pancasila.

Menurut Paris, kerja sama ini menjadi pintu gerbang dari promosi dan bukti diri dari SDM Indonesia khususnya di lingkup Ditjen Dikti yang merupakan orang-orang terpilih karena memiliki kesempatan untuk berkuliah, sehingga kesempatan ini digunakan untuk dapat menginspirasi bangsa.

“Ditjen Dikti akan betul-betul intensif meningkatkan SDM di 10 destinasi wisata yang baru agar ekonomi Indonesia yang hari ini pertumbuhannya minus di bawah 3% dapat meningkat. Maka tahun depan akan terlaksana transformasi pendidikan tinggi melalui peningkatan kapasitas kompetensi berbahasa Inggris bagi dosen dan mahasiswa agar bisa mendukung akselerasi hal tersebut,” jelasnya.

Baca Juga :  ISI Yogyakarta dan Eszterházy Károly Catholic University Kembali Tandatangani Dokumen Kerja Sama

Di sisi lain, Paris menambahkan Ditjen Dikti sedang berbenah diri terkait tata kelola yang ada di Ditjen Dikti yang mana hal ini selaras dengan dorongan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terkait empat kebijakan perguruan tinggi, yaitu meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) di perguruan tinggi, meningkatkan relevansi perguruan tinggi dengan kebutuhan industri, meningkatkan kualitas sumber daya, dan meningkatkan tata kelola Ditjen Dikti.

Paris turut menjelaskan bahwa Ditjen Dikti mendapat kesempatan untuk berkompetisi di era nasional sebagai institusi yang memberikan pelayanan terbaik di Indonesia berkat pembenahan yang terus dilakukan serta melalui kerja sama yang dilakukan Ditjen Dikti dengan berbagai pihak, salah satunya IIEF. Tak hanya itu, Ditjen Dikti juga menjadi utusan satu-satunya unit kerja di Kemendikbud untuk pembangunan Zona Integritas.

“Untuk tata kelola ini sedang dilakukan reformasi besar-besaran dimana Ditjen Dikti hanya mempunyai tujuh orang struktural dengan lebih dari 600 fungsional. Ini untuk memotong rantai birokrasi agar masyarakat dapat berkomunikasi dengan Ditjen Dikti dengan baik, dan Ditjen Dikti bisa melayani dengan pelayanan prima yang sesuai dengan branding baru ‘Dikti Sigap Melayani’, yaitu senyum semangat, integritas, gerak cepat dan gotong royong, amanah, dan profesional,” ungkap Paris.

Pada kesempatan yang sama, Diana selaku Direktur IIEF menyampaikan bahwa IIEF sejalan dan mendukung Ditjen Dikti untuk membangun sumber daya manusia yang yang berkompeten di bidangnya, serta rencana Ditjen Dikti yang akan menjadi motor kebangkitan ekonomi pasca covid-19 melalui jalur pendidikan. Diana menjelaskan IIEF merupakan sebuah lembaga yang bergerak di bidang pendidikan yang mengelola banyak program beasiswa dan internasional testing. IIEF juga merupakan penyedia utama yang sekaligus perwakilan resmi ujian internasional sertifikasi TOEFL yang berpusat di New Jersey, Amerika Serikat.

Baca Juga :  Kampus Merdeka, Solusi Melahirkan Generasi Berkualitas Berbasis IPTEK

“Saya yakin rencana Ditjen Dikti mengenai menjadi motor kebangkitan ekonomi pasca pandemi dan juga membangun manusia yang berkompeten di bidangnya akan memiliki banyak tantangan. Oleh karena hal tersebut jika diizinkan IIEF akan terus berkontribusi untuk menghasilkan hasil yang terbaik,“ ucap Diana.

Lebih lanjut Diana menuturkan bahwa posisi Indonesia dalam test TOEFL berada di posisi keenam dunia di atas Jepang, Saudi arabia, Vietnam, dan Thailand dengan tren rata-rata 472 dimana rata-rata tersebut akan terus naik setiap tahunnya. Kemudian IIEF pun sudah memiliki 300 institusi dan mitra yang bekerja sama di seluruh Indonesia. Menurut Diana, TOEFL dirasa sangat penting untuk menjadi pembuka dan memperluas akses. Oleh karena itu, data yang dipaparkan ini menjadi bahan acuan bagi pemangku kepentingan untuk melaksanakan kebijakan lainnya.

“TOEFL saat ini bertransformasi sangat cepat di masa pandemi, dan tes TOEFL ini sekarang dilakukan secara daring. Dengan adanya tes TOEFL daring ini sangat luar biasa membantu rekan-rekan mahasiswa yang akan lulus S-1 karena menjadi salah satu syarat kelulusan, dan mereka menjadi tidak terganggu masa kelulusannya. IIEF sudah bekerjasama dengan berbagai kampus dan perguruan tinggi,” pungkasnya.
(YH/DZI/FH/DH/NH/MFS/VAL/YJ/ITR)

Humas Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan