close

Abmas ITS Dongkrak Kualitas Kemasan Produk UMKM dari Madura

Desain kemasan produk camilan olahan kulit ikan merek Nurika (UKM Mapuse) yang dirancang tim Abmas dari DKV ITS
Desain kemasan produk camilan olahan kulit ikan merek Nurika (produk UMKM Mapuse) yang dirancang tim Abmas dari DKV ITS

Kampus ITS, ITS News – Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Departemen Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali berkontribusi bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Kali ini, guna memaksimalkan potensi hasil laut Desa Branta Pesisir, Tlanakan, Pamekasan, tim Abmas ITS mengembangkan kemasan produk camilan olahan kulit ikan produksi UMKM Madura Punya Selera (Mapuse).

Ketua tim Abmas dari DKV ITS Naufan Noordyanto SSn MSn mengungkapkan, tujuan dari proyek pengabdian kali ini adalah untuk memberikan terobosan kepada calon konsumen baru. “Lewat pembaruan desain kemasan, tim Abmas membawa pengenalan informasi produk yang menarik, representatif, dan berdaya jual,” terangnya.

Naufan Noordyanto SSn MSn (kiri) bersama Nurholis selaku pemilik UMKM Mapuse
Naufan Noordyanto SSn MSn (kiri) bersama Nurholis selaku pemilik UMKM Mapuse

Naufan berujar, timnya melihat bahwa potensi hasil laut yang melimpah membuat masyarakat Branta Pesisir aktif memasarkan ikan laut baik dalam kondisi mentah maupun dalam bentuk olahan. Salah satu produk olahan kulit ikan yang bermerek Nurika ini, berpotensi menjadi produk yang dikenal luas oleh publik.

Meski diproduksi musiman dan dikemas dengan plastik transparan atau dengan label sederhana, produk olahan kulit ikan ini sudah tinggi peminat bahkan sudah dipasarkan hingga ke luar Madura. Namun, model pengemasan ini memiliki kelemahan yakni mirip dengan kompetitor lainnya. Hal inilah yang menyebabkan kebingungan identifikasi identitas di pasar.

Dampaknya, merek camilan kulit ikan Nurika mudah dilupakan dan tidak berdaya saing, yang akhirnya berujung tidak menguntungkan secara ekonomi. “Maka dari itu, tim kami membantu mengakomodasi kebutuhan dan permasalahan desainnya dengan mengidentifikasi produk dan pasar, termasuk mengamati kompetitornya,” jelas lelaki yang pernah bekerja di PT Eksis Cipta Citra Komunika, Yogyakarta ini.

Baca Juga :  Kebijakan Kampus Merdeka Memberikan Komitmen dan Afirmasi di Daerah 3T

Sepakat dengan pendapat Naufan, Nurholis selaku pemilik UMKM menyampaikan, produk camilan kulit ikannya kurang mendapat pasar baru, cenderung tetap dengan pelanggan lama. Ia berpendapat, pelanggan baru seolah kurang yakin dengan produk ini. “Sepertinya dikarenakan tampilan produk yang dikemas sederhana,” duganya.

Selain Naufan, tim Abmas yang terdiri dari para dosen DKV ITS lainnya seperti Sayatman SSn MSi, Rabendra Yudistira Alamin ST MDs, Putri Dwitasari ST MDs, dan Nugrahardi Ramadhani SSn MT kemudian melakukan observasi dan wawancara beberapa kali dengan pemilik UMKM. Menurut tim Abmas ini, kemasan produk Nurika cenderung tidak merefleksikan kualitas produk, dan tidak meningkatkan nilai jual produk. Hal itu justru menciptakan kesan produk murahan dan memiliki kualitas rendah harga.

Selain itu, desain kemasan produk tampak tidak sebanding dengan harga produk yang relatif mahal. Kemudian, personality desain kemasan tidak mengomunikasikan karakter produk dan identitas mereknya yang merupakan produk UMKM tradisional unggulan dari desa pesisir. Desain ini juga kurang mengomunikasikan rasa dan kualitas dari produknya. Ditambah lagi, kemasan tidak memiliki unsur persuasif sehingga cenderung tidak menggugah selera untuk membeli.

Setelah dilakukan observasi, tim Abmas menentukan faktor pembeda dan keunggulan produk atau disebut Unique Selling Preposition (USP). Dari identifikasi USP, didapatkan bahwa camilan oleh-oleh khas Pamekasan ini, dibuat dengan kulit ikan pilihan dan bumbu alami yang gurih, krispi, praktis, serta dapat langsung dikonsumsi maupun sebagai lauk dengan nasi dan sambal.

Baca Juga :  IPB Peduli Stunting: Dampingi Keluarga Beresiko Stunting di Wilayah Lingkar Kampus

Selanjutnya, Naufan menjelaskan, varian desain kemasan kantung diidentifikasi varian warnanya dengan mengikuti pengembangan rasa atau bumbu produk yang ditawarkan. Identitas kultural Madura sebagai asal produksi produk dan narasi pesisir ditampilkan guna mengidentifikasi USP produk sebagai camilan asal Pamekasan, Madura, yang praktis dan bisa dibawa kemana pun.

Desain label Nurika sebagai pengidentifikasi pengiriman paket produk yang dirancang tim Abmas DKV ITS
Desain label Nurika sebagai pengidentifikasi pengiriman paket produk yang dirancang tim Abmas DKV ITS

Dari USP inilah tampilan grafis atau artistik dikembangkan melalui sketsa dan pewarnaan seperti tipografi merek Nurika dan ilustrasi utama kemasannya, setelah sebelumnya telah ditentukan pemilihan rencana material kemasan, ukuran dan informasi kemasan.

Hasil pengembangan ide tersebut dikomunikasikan secara masif dengan mitra hingga saling menyetujui dan tahap produksi. “Tak lupa, tim Abmas DKV ITS juga mendesain label untuk memberi identitas pengirim dan penerima guna mengakomodasi layanan pengiriman paket produk,” sebutnya runtut.

Dosen berkacamata ini mengharapkan, luaran kegiatan Abmas yang telah resmi disalurkan kepada UMKM Mapuse pada Agustus lalu ini, dapat dipakai untuk bersaing dengan pasar yang lebih luas. Selain itu, dapat meningkatkan omzet, produknya semakin terekognisi baik, serta adanya kerja sama kembali dengan mitra. “Semoga semakin banyak masyarakat desa setempat yang tidak hanya mampu mengolah potensi desanya, tapi juga sadar akan pengemasan produk yang menarik,” tambah Naufan. (HUMAS ITS)